Gen W Academy - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Rabu, 17 Februari 2016

Gen W Academy


Di masa remaja, saya pernah berangan-angan. Bagaimana ya rasanya bisa belajar menulis cerpen dengan baik seperti yang biasa saya baca di majalah remaja? Saya sudah cukup bosan dengan pelajaran yang itu-itu aja. Setiap kali bosan dengan pelajaran apapun, saya tinggal membuka bagian belakang buku tulis saya dan sibuk sendiri membuat sebuah tulisan. Apa aja. Entah hanya cerpen beberapa paragraf atau penggalan puisi. 

Saya selalu menunggu setiap pelajaran Bahasa Indonesia. Itu saatnya bersenang-senang. Apalagi jika ada tugas yang kadang membuat teman lain mengeluh. Padahal bagi saya, itu saatnya saya bersorak. Membuat esai, menulis puisi, bahkan membaca puisi menjadi saat yang paling menggairahkan. Bagaimana tidak, di pelajaran tersebut saya terbiasa dengan nilai-nilai tertinggi. Karena pelajaran itulah yang membuat saya menjadi juara II baca puisi tingkat kabupaten saat berada di sekolah menengah pertama. 

Namun itu semua tak membuat saya cukup puas. Saya ingin seperti Donatus A Nugroho, Gola Gong, Nurhayati Pujiastuti, Inun' NA, Jun Kuncoro, Zara Zettira, atau Gustin Suradji yang cerpennya selalu muncul di majalah remaja saat itu. Dimanakah mereka belajar ya? Punya guru privat nggak ya, supaya tulisan mereka mampu mengayun-ayun perasaan pembaca? 


Seperti itulah perasaan saya saat remaja. Yang tak pernah tersampaikan pada orang tua. Hingga saya aktif menulis dua sampai tiga tahun belakangan ini. Empat tahun yang lalu saya mulai belajar menulis dari yang gratis sampai berbayar.  Saya bisa memilih, apa yang harus saya pelajari. Saya mengenali passion saya, genre apa yang saya pilih, siapa segmen pembaca tulisan saya. Dan semua itu melalui proses. 

Kemudian saya melihat Anya dan Lilo, kedua buah hati saya. Mereka melihat proses yang dilalui ibunya. Tanpa mereka sadari, mereka pun ikut berproses seperti saya. Berbagai macam buku berserak di rumah saya. Tak ada meja yang bersih dari buku-buku yang bertumpuk, kecuali meja makan. Mereka pun sering ngobrol dan mulai menulis seperti saya. Dan hasilnya pun mulai kelihatan. Anya lolos di Arki 2015, Desember lalu. 

Banyak yang kemudian bertanya pada Anya maupun saya.  Banyak yang berkata, "Pantes aja, ibunya penulis, bakatnya ya menurun." Padahal menurut saya menulis bukan hanya sekedar bakat atau genetik. Tapi melalui proses belajar yang cukup panjanglah yang membuat Anya bisa lolos Arki.

Ada beberapa pertanyaan yang pernah mampir ke saya dari beberapa pendidik yang berbeda institusi. Apakah saya bersedia mengajar ekstra kurikuler menulis? Saya masih agak ragu. Mungkin juga kebingungan. Kira-kira apa aja sih yang bisa saya sampaikan kepada anak-anak jika saya benar-benar mengajar ekstra kurikuler. 

Kebingungan saya akhirnya terjawab. Suatu malam, Mbak Deassy M Destiani, penulis buku best seller Bukan untuk Dibaca menghubungi saya. Beliau mengajak saya untuk membuat satu tim pengajar kelas menulis. Karena saat itu beliau belum bisa jalan sendiri sebagai pengajar karena kesibukan. Saya pun nyolek Ety dan Mbak Vanny. Kami ngumpul dan berdiskusi. Mulai dari hujan turun sampai hujan mereda. Kamis, tiga minggu yang lalu kami sepakat membuat kelas menulis. Gen W Academy, nama kelas menulis kami. Gen WRITERS Academy. Dengan GWA kami ingin mengajak generasi muda suka membaca dan menulis. Misi kami ingin menjadikan generasi penulis yang mampu membaca, menyimak, dan menciptakan tulisan-tulisan yang menginspirasi generasi muda. Kami juga mengajak penulis-penulis muda untuk tidak segan berproses dan santun. 

Kami pun membuat sebuah kurikulum dan membagi kelas menulis  menjadi dua tingkat. Tingkat dasar dan lanjut. Dan Senin kemarin, kami sudah mulai mengajar Ekstra kurikuler Kelas Menulis di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Jogja Selatan. 

Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk orang lain. Itu semua sedang kami usahakan. Melihat senyum remaja-remaja itu membuat ghirah kami, pengajar Gen W Academy menaik. Semoga Allah memberkahi semua tebaran kebaikan yang sedang kami ikhtiarkan. 

6 komentar:

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih