Membaca Buku Cakap Bermedia Sosial yang
diterbitkan oleh tim Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik serta Direktorat
Pengolahan dan Penyedia Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia ini membuat saya terkikik geli. Sebagian hal-hal konyol yang
saya tertawakan di buku tersebut pernah saya lakukan ketika awal mengenal media
sosial di tahun 2008.
Seperti yang tergambar di halaman 07,
saya pernah mengaku menjadi ibu rumah tangga yang multitasking, dimana semua kegiatan domestik dan dan luar rumah
selalu saya unggah di kronologi media sosial tersebut. Sepertinya hebat sekali
saya, seorang ibu rumah tangga biasa bisa berkegiatan sambil online, meski hanya kegiatan hore-hore.
Saya juga pernah setiap satu jam sekali
mengunggah status yang menurut saya waktu itu penting sekali. Seperti saya
sedang berada dimana, bersama siapa, dan bagaimana perasaan saya. Tak lupa foto
selfie ataupun wefie menyertai setiap unggahan status setiap satu jam sekali
itu. Beruntungnya saya, tak ada kejadian kriminal atau hal-hal yang kurang
mengenakkan dengan aktivitas saya bermedia sosial waktu itu.
Buku yang berbentuk komik ini sudah
pasti menarik perhatian remaja dan dewasa muda. Terbukti, anak-anak saya yang
usia remaja senyum-senyum saat membaca buku tersebut sekali duduk. Bahkan anak
saya yang masih usia SD pun tertarik membaca saat mengetahui kakaknya sesekali
terkikik geli membaca buku itu.
Saya beruntung mendapatkan buku ini.
Setidaknya kemudian saya berdiskusi dengan anak-anak tentang aktivitas saya
sebagai orang dewasa dan mereka yang baru mulai eksis di media sosial. Menjawab
pertanyaan Lilo, bungsu saya tentang kecenderungan anak-anak sekarang, bahkan
teman-temannya yang masih SD sudah merasa perlu menggunakan smartphone dan
mempunyai akun media sosial. Bahwa saat ini media sosial menjadi daya tarik
yang sangat kuat karena menjadikan manusia seperti kehilangan separuh nyawa
jika tak membawa ponsel pintarnya. Media sosial dianggap sangat penting karena
bisa menyambung silaturahmi bagi penggunanya. Media sosial juga menjadikan
manusia mempunyai kesempatan yang sama dalam berkarya. Dan ponsel pintar itu
membuat kehidupan tergantung di jari penggunanya. Smartphone menjadi kepanjangan
tangan dari kehidupan manusia.
“Bunda, temanku kalau di sosmed banyak
yang pake nama samaran gitu, punya akun lebih dari satu juga banyak,” celetuk Anya,
si kakak.
Saya pun menyampaikan ke Anya tentang
etika bermedia sosial. Seperti apa sih bermain media sosial yang aman itu?
1. Tidak memasang nama dan profil lengkap.
Bolehlah menggunakan nama lengkapnya, namun informasi-informasi penting
tetaplah harus menjadi privasi bagi pemilik akun. Misalnya, nomor ponsel,
email, tanggal lahir, ataupun nama orang tuanya.
Berhati-hati
mengunggah foto dan video pribadi. Mengapa? Apapun yang pernah kita unggah, hal
itu akan sangat mudah untuk dikonsumsi oleh orang lain. Salah-salah bisa
disalahgunakan oleh orang yang mempunyai niat yang tidak baik.
2. Berhati-hati
untuk mengekspresikan serta mengungkapkan perasaan di media sosial juga menjadi
hal wajib yang perlu dipertimbangkan.
Apakah perlu diketahui orang banyakkah
yang kita rasakan? Pertimbangkanlah, apakah bisa menimbulkan prasangka atau
tidak jika apa yang kita ketahui disampaikan ke media sosial.
3. Bertabayun.
Mengecek kebenaran informasi yang diterima merupakan hal wajib yang kita
lakukan. Malu banget kan kalau apa yang kita bagikan kepada orang lain ternyata
hoax?
4. Putus komunikasi.
Jika
merasa ada itikad yang tidak baik dengan orang asing, segeralah putuskan
komunikasi.
Seperti sebuah mata uang yang punya dua
sisi, media sosial pun punya sisi negatif dan positifnya. Albert Einstein
pernah berkata jika sudah terlihat jelas bahwa teknologi kita telah melampaui
kemanusiaan kita. Betapa manusia sangat mudah terdominasi oleh teknologi sampai
seperti menghamba.
Sisi negatif media sosial.
1. Menjauhkan yang dekat.
Penggunaan teknologi (gawai) ternyata menciptakan
jarak di antara orang-orang yang secara fisik berdekatan. Kesibukan dalam
menggunakan gawai membuat kesadaran dan kepedulian terhadap sekitarnya
berkurang.
2. Narsis (Selfie, Wefie, Groupfie)
Setiap orang memang suka menjadi
perhatian. Hanya saja yang sering diabaikan adalah dampak negatif yang akan
terjadi bagi pelakunya atau orang yang ada disekitarnya.
3. Update Status
Menggunakan media sosial seolah
mewajibkan penggunanya untuk selalu memperbaharui setiap statusnya mengenai kegiatannya
kepada semua orang. Padahal update
status yang ekstrem bisa mengundang berbagai reaksi dan juga kejahatan.
4. Cyber bullying
Satu bentuk kekerasan yang dialami di
dunia maya seperti dihina, diejek, dipermalukan dan diintimidasi sebagian besar
dilakukan oleh lingkungan terdekat korban. Bullying di dunia maya efeknya tak
hanya terjadi pada si korban, namun juga orang-orang yang berada di sekitarnya.
5. Perang di media sosial
Banyak terjadi di sekitar kita yang
mengakibatkan putusnya hubungan sosial berawal dari adu argumen menyebarkan kebencian
dan menghina di media sosial di ranah publik.
6. Ancaman Pornografi
Seseorang bisa terjebak dalam informasi
pornografi ketika mengakses media sosial. Segala macam informasi, foto selfie
pun bisa disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
7. Ancaman Phising, Malware dan Spam
Kita harus berhati-hati dalam memberikan
data pribadi di internet karena dengan mudah orang yang berniat jahat
mempergunakan data pribadi kita untuk merugikan kita. Begitu juga dengan
berbagai macam tautan yang belum jelas sumbernya. Jangan sampai kita mudah klik
tautan hanya karena keingintahuan yang tinggi.
8. Judi Online
Asyiknya main game menjadikan kita
kurang berhati-hati dalam menyikapi game online yang marak saat ini. Jangan
sampai kita melakukan taruhan di game online karena sekali kita mengikuti arus
dalam permainan itu, kita akan terjebak di dalamnya dan sulit untuk keluar.
9. Penipuan dan penculikan
Jangan mudah mempercayai penawaran di
media sosial, apalagi dengan orang asing. Banyaknya peristiwa pelecehan
seksual, penculikan sampai pada pembunuhan berawal dari perkenalan dengan orang
asing di media sosial.
10. Radikalisme online
Banyak terjadi perekrutan tentang
isu-isu penentangan pada negara bermula dari media sosial. Perlunya wawasan
lebih luas dan tak mudah terhasut bisa menjadi pagar bagi kita dalam mengolah
informasi yang masuk pada kita.
11. Plagiarisme
Begitu mudah saat ini kita menyalin,
menjiplak, mengambil karangan, pendapat bahkan foto orang lain dan
menjadikannya seolah kita yang menciptakan semua itu. Itulah mengapa perlunya seseorang
menghargai hak orang lain dengan cara mencantumkan asal berita atau informasi
yang kita kutip.
12. Ujaran kebencian dan berita bohong
Think before you post. Banyak sekali
pihak-pihak yang menggunakan media sosial dengan cara yang tak bertanggung
jawab. Sebelum kita menelan informasi dan membagi dengan orang lain, perlunya
kita cek kebenaran berita akan memberikan kita keamanan dan meminimalisir dampak
negatif dari apa yang kita lakukan.
Media sosial tetap punya sisi positif
kok. Lisa Horn, seorang ahli sumber daya manusia mengatakan segala sesuatu yang
anda posting di media sosial berdampak pada pribadi anda bagaimana anda ingin
dikenal.
Dampak Positif
1. Kreativitas yang menghasilkan.
Media sosial menciptakan peluang usaha dan
kesempatan bekerja yang tak terbatas. Mendapatkan penghasilan dari kreativitas
membuat kita semakin bermanfaat bagi sesama.
2. Membangun relasi dan komunitas.
Dengan adanya media sosial, kita bisa
memilih pertemanan dan lingkungan dimana minat kita diwadahi dalam sebuah
komunitas yang positif. Membangun relasi dan pertemanan membuat kita mempunyai
jaringan luas yang kemungkinan bisa membuka pintu rejeki kita.
3. Berbagi pengetahuan
Informasi dan pengetahuan dengan mudah
dibagikan di media sosial. Hal-hal baru bisa kita dapatkan dengan mudah.
4. Menolong orang dan empati.
Mengembangkan simpati dan empati pun
bisa kita lakukan di media sosial. Media sosial berkontribusi nyata untuk kemanusiaan.
Kepedulian kita akan sangat berarti bagi orang lain.
Sungguh ... Membaca buku ini seperti
menampar saya, memaksa saya untuk melihat ke masa lalu sebagai pelajaran untuk
memberikan contoh untuk anak-anak yang mulai remaja.
Sumber : Buku Cakap Bermedia Sosial (Cerdas-Kreatif-Produktif)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus