Assalamualaikum
Temans,
Membaca
tulisan Mbak Dian Kristiani dalam artikel di blog nya“People On Socmed, Siapa yang mempengaruhiku” membuat saya terinspirasi
untuk menuliskan hal serupa. Saya ingin berterima kasih kepada mereka yang bagi
saya berjasa dalam kehidupan menulis saya. Mereka yang saya temui di dunia nyata maupun sekedar bicara di media sosial. Here
the names who I want to mention.
1. Aan
Wulandari
sumber: www.penerbitbip.id |
Saya
memanggilnya Dik Aan. Ia adalah seorang penulis buku bacaan anak. Saya
mengenalnya sudah sangat lama. Selain karena kami sama-sama satu SMA, orang tua
kami pun dulu bekerja di kantor yang sama. Dari garis Bapak kami mempunyai
kekerabatan.
Apakah
hanya itu? Tentu tidak. Ia tahu saya suka menulis. Ia yang pertama kali membaca
tulisan saya, kemudian menyemangati untuk terus menulis. Ia mengajak saya
bergabung dengan IIDN Semarang. Betapa mindernya saya, ketika mengetahui
penulis-penulis hebat bergabung di sana. Namun Dik Aan tetap menyemangati. Ia
memberikan banyak informasi tentang berbagai audisi antologi. Meski beberapa kali
gagal, ia tetap percaya bahwa saya pasti mampu.
2. Wylvera
Windayana, Haya Aliya Zaki, Dyah Rinni, dan Fita Chakra
sumber: microsite.detik.com |
sumber: www.hayaaliyazaki.com |
sumber : www.dyahrinni.com |
sumber : www.fitachakra.com |
Kenapa
mereka saya tulis berbarengan? Sedekah ilmu yang mereka berikan ternyata mampu melecut
semangat saya sampai saat ini. Mereka membuat audisi menulis ala chicken soup for
the soul. Cuma-cuma pula. Saya bersama teman-teman di kumpulkan dalam satu grup
tertutup di facebook dan belajar banyak hal. Dari merekalah saya belajar
membuat sinopsis, membuat setting, karakter, alur, konflik, klimaks serta
penyelesaian sebuah cerita. Saya begitu geregetan ketika tak pernah sekalipun
tugas yang saya buat menjadi tugas terbaik. Ketika hampir semua teman peserta
menulis ala chicken soup for the soul mendapatkan hadiah, rasanya saya seperti
menangis di pojokan kelas menanti sebuah buku jatuh ke tangan saya.
3. Dian
Kristiani
bersama Aan Wulandari. Sumber : www.dewirieka.com |
Ah
... siapa yang tak kenal dia? Penulis ratusan buku, namun tetap humble. Satu peristiwa yang sangat
membekas di hati saya. Ketika saya belum memiliki satupun karya, ia tetap menanggapi
chit chat saya sampai dini hari. Padahal ketemu juga baru sekali. Itu pun saya
masih malu-malu mojok di pertemuan IIDN Semarang.
Malam
itu, saya bertanya banyak hal. Tentu saja tentang hal yang berkaitan dengan
kepenulisan. Meski selingan bercandaan pun tak kalah banyak. Namun buat saya
itu sangat berarti. Ada kata-katanya yang sampai sekarang sangat membekas,
selalu saya ingat.
“Aku chit chat ro awakmu sampek bengi, nek
sampek awakmu ora nulis tak pentung.”
Jujur
Ci’, jane bengi kui kudune aku tok pentung, hahaha ...
4. Ary
Nilandari
sumber : www.arynilandari.com |
Pertama
kali saya menjemput saat acara PBA bekerja sama dengan IIDN Jogja, saya agak
keder. Gimana enggak, saya telat 15 menit. Beliau berdiri di gerbang
keberangkatan Bandara Adi Sucipto. Melihat wajah beliau yang terlihat lelah membuat saya
merasa bersalah. Kekikukan akhirnya mencair ketika saya menyerap ilmu dari
beliau sepanjang perjalanan menuju venue acara. Dari obrolan kepenulisan
kemudian beralih ke obrolan khas wanita. Saya pun menemani beliau sampai makan
malam.
Saya melihat another side of
Ary Nilandari. Bagaimana beliau meloncat
kegirangan ketika mendapati hadiah yang diberikan kepada beliau sesuai dengan
kebutuhan. Saya tertawa lepas dengan beliau, juga cerita berbagai hal di sela
makan malam. Semoga Allah kembali mempertemukan ya Bund?
5. Dwi
Suwiknyo
sumber : www.pesantrenpenulis.com |
Kalau
ini mah ... saya kehabisan kata deh. Dia guru, partner in crime, juga klien
saya (cieee). Ia memberi saya kesempatan untuk belajar menjadi seorang atlet.
Ya, atlet penulis. Dia keras pada saya. Saya seperti berada dalam camp. Setiap
hari saya harus menulis minimal lima halaman.
Setiap hari saya ditagih setor tulisan. Rasanya saya seperti dihantui.
Gojlokannya
berbuah manis. Sebuah novel pun akhirnya terbit. Lantas disusul dengan novel
yang lain. Sampai saya menulis naskah yang ke delapan. Ketika saya ngobrol saat
menulis buku non fiksi di naskah saya yang ke sembilan, dia masih tetap
menyemangati. Meski dengan guyonan devilnya.
Saat
ini saya sedang bekerja sama dengannya untuk menulis dua buah buku. Iya lho,
dia memesan naskah ke saya (uhuks). Salah satunya sedang saya kerjakan bersama
tim. Sedang satunya lagi sedang persiapan outline. Eh ... iya, dia juga tempat
saya konsultasi untuk mengkonsep satu buku yang hendak saya kerjakan bersama
teman-teman IIDN Jogja.
Salah
satu nikmat Allah yang selalu saya syukuri adalah teman yang baik dan selalu memberikan
dukungan. Semoga Allah selalu merahmati
dan memberikan kebaikan bagi mereka semua. Aamiin.
Huaaa, aamiin aamiin. Makasih untuk doa dan harapan baiknya. Suskes terus untukmu ^^
BalasHapusIya Ci', sama-sama. Suwi ga dlosoran ro cekikikan maneh ya?
HapusSemangat terus ya, Mbak. Kita sama-sama belajar. 😄
BalasHapusIya mbaa ... Tengkiu sudah menjejak :)
Hapuswah mereka emamg inspiratif sekali ya mba? *kepoin blog mereka*
BalasHapusIya Mas, salut dengan beliau semua yang tak sayang membagi ilmu. Terima kasih sudah menjejak :)
HapusKelak Mbak Irfa yang juga akan menjadi penulis yang berjasa bagi penulis pemula ^_^
BalasHapus