Berpuluh-puluh
tahun yang lalu, saat masih tinggal di Jogja dengan status mahasiswi, saya
sering berangan-angan bisa berfoto di tengah perempatan yang menghubungkan
Jalan Diponegoro, Jalan AM Sangaji, Jalan Sudirman dan Jalan Mangkubumi. Saat
itu tak ada yang berani melangkah ke tengah-tengah perempatan itu. Meski sebuah
tugu berdiri tegak di sana. Jikalau ingin hunting foto, saya bersama
teman-teman hanya berani berdiri di pinggiran yang saat itu masih berupa trotoar di depan toko-toko kecil yang berjualan tiket kendaraan baik kapal maupun pesawat
terbang.
Angan-angan
saya pun akhirnya terkabul berpuluh tahun kemudian. Dalam sekali seumur hidup
saya malmingan di Tugu Jogja beberapa minggu lalu di sela mengisi workshop selama dua hari di Jogja. Di perempatan itu, saya bersama Mbak Indah,
sahabat saya si penulis cerita anak ini merasakan sensasi berfoto di tengah perempatan itu. Namanya emak
hobi eksis, mau di kanan kiri adanya dedek unyu bin emesh udah nggak peduli.
Pokoknya foto sepuasnya.
Puas
ngeksis, mata saya dan Mbak Indah menangkap sekelebatan buku-buku yang
terhampar di area tikungan pinggir jalan yang menghubungkan dengan trotoar
Jalan Mangkubumi. Kami pun mendekat. Sambutan ramah kami dapat dari gadis
yang kemudian saya ketahui bernama Vivi. Gadis enerjik itu mempersilakan kami
untuk melihat buku-buku yang terhampar di depan kami.
“Silakan
membaca, Bu. Boleh kok sekedar foto-foto pakai buku kami.”
Duh ...
rasanya sedih juga ya mendengar kata-kata Vivi. Hal itu memang mengingatkan
pada saya dan Mbak Indah bahwa minat baca masyarakat di Indonesia memang begitu
rendah. Hal itu terlihat dari beratus orang berkumpul di area itu, hanya ada
satu atau dua orang yang benar-benar membaca buku yang disediakan oleh
komunitas dimana Vivi tergabung.
Komunitas
Akar Rumput namanya. Dengan tagline “Mengakar kuat memberi manfaat” komunitas
ini setiap malam Minggu berada di pojok itu memberikan layanan perpustakaan
gratis di sana. Masih terbatas sih bukunya, namun saya mengacungkan dobel
jempol untuk semangat mereka menebar manfaat.
Komunitas
Akar Rumput ini terbentuk dari mantan pengurus himpunan mahasiswa sebuah
universitas terkenal di Jogjakarta. Setelah periode kepengurusan mereka
berakhir, mereka masih ingin berkumpul dan membuat sesuatu yang bisa memberikan
kebaikan untuk banyak orang.
Selain
perpustakaan gratis, komunitas tersebut juga sering berkumpul dan berdiskusi.
Tak hanya terbatas tentang literasi. Namun juga ngobrolin isu-isu sosial yang
saat ini sedang panas atau juga mencoba membangun jaringan dengan komunitas
manapun. Ketika Vivi mengetahui bahwa kami anggota dari komunitas Ibu-Ibu Doyan
Nulis, ia terlihat excited. Ia
berharap bisa membuat sebuah kegiatan antar komunitas ataupun mengharap donasi
buku untuk kebutuhan perpustakaan itu.
Vivi
menyilakan untuk menyebarkan nomor telponnya seandainya ada kemungkinan bekerja
sama atau untuk donasi buku. Insya Allah, saya pun ingin sekali mendonasikan
buku-buku yang sudah tak muat lagi di almari saya.
Saya dan
Mbak Indah pun kemudian berjalan di sepanjang trotoar itu sambil menggumamkan
pujian. Bahwa orang-orang yang menginspirasi terkadang datang dari tempat yang
tak terduga.
Terima
kasih telah memberikan kami pelajaran, Nak. Semangat untuk menebar manfaat dan
kebaikan Insya Allah akan mengalirkan pahala yang tak terputus.
MasyaAllah.. menginspirasi banget mak. Jadi kepengen cobain baca kesana :D
BalasHapusWah keren. Komunitas seperti itu perlu diperbanyak untuk menularkan semangat baca buku. ��
BalasHapusSeru ya mba Irfa, komunitasnya. Semoga tetap semangat menularkan semangat membaca ya.
BalasHapusWow!! Seumur2 aq tinggal di yk blm pernh jg foto di tugu mbk hikssd. Dan buat akar rumput, smg suatu saat bs bertandang ke situ jg. Kreatif dan insyaallah bikin gemar membaca merakyat
BalasHapusJadi pingin lihat kesana, kebetulan nggak terlalu jauh dari rumah. Tfs yaa mbak :)
BalasHapusSeru banget nih mbak kayaknya..jadi kangen jaman kuliah dan ngelayap di Jogja..tiap malem selalu ada agenda kegiatan..
BalasHapusKreatif banget ya mbak, anak2 muda bikin perpustakaan jalanan. Kalau bukunya ditambah mungkin main banyak yg minat baca di sana
BalasHapuskeren nih Yogya peminatnya ternyata banyak ya mba? ada aja deh ide dari Yogya
BalasHapusbener mbak Irfa, dulu pengen mendekat ke tugu aja rasane gimanaa... apalagi megang plus poto. hihi... salut pada komunitas akar rumput..
BalasHapusandaikan di semarang ada yang kek gini... kreatif banget
BalasHapusDulu saya masih bisa foto dengan duduk di tugunya lho
BalasHapusterharu saya bun, duh memang orang yang memberikan manfaat lebih kepada sesamanya selalu menajdi sumber inspirasi yang tiada henti.
BalasHapus