Saya berjilbab sudah lebih dari
separuh umur saya. Alhamdulillah, hidayah datang tak melalui proses yang
berliku-liku. Halangan pun bisa dikatakan tidak ada, karena saya mendapat
dukungan penuh dari orang tua. Masalah pakaian saya sudah tak harus membeli
baju baru karena orang tua selalu membelikan saya baju lengan panjang.
Saat SMA dan kuliah, baju
kebesaran saya hem cowok dan celana jeans plus jilbab. Saya termasuk bukan
gadis yang girly. Dibanding adik-adik, saya paling tomboy diantara tiga
bersaudara. Setiap pekerjaan rumah yang diberikan kepada saya rata-rata
pekerjaan anak laki-laki. Kebetulan kami tiga bersaudara perempuan semua. Bapak
lebih sering memberikan saya tugas nyuci mobil dan nguras bak mandi
dibandingkan untuk bersih-bersih rumah atau memasak.
Jadi mahmud, celana jeans tetap
menjadi bagian dari fashion saya. Pikir saya jeans lebih memudahkan untuk
lari-larian ngejar krucil. Waktu itu kalau lihat perempuan memakai rok ribet
banget kudu ngejar krucil yang polahnya ampun-ampunan.
pernah langsing :) |
Saya mulai melirik rok ketika si
Adek yang saat itu sudah sekolah di TK memprotes saya. Ia menginginkan saya
sesekali memakai rok jika menjemputnya sekolah.
“Bunda mbok pakai rok kayak mamanya
si A.”
“Emang kenapa Dek?”
“Pengen lihat Bunda cantik pakai
rok.”
Aisshhh ... siapa yang nggak
meleleh diminta anak lanang make rok. Jadilah siang itu saya mulai sering
memakai rok. Awalnya memang kurang nyaman, namun lama-lama nyaman juga, apalagi
rok yang saya pakai berbahan soft jeans juga. Meski celana jeans juga tak saya
tinggalkan.
Sekitar lima tahun yang lalu,
Ibuk mulai mengajak saya ke taklim. Agak aneh juga datang ke taklim masih
memakai celana jeans. Sementara rok saya juga terbatas. Mau nggak mau ketika
punya rejeki saya membeli gamis khusus untuk taklim. Eh ... dipuji suami.
Hidung mekar gede dong. Jadi pengen dandan mulu kalau udah dipuji begitu.
Ada satu masa titik balik saya
mulai tidak memakai celana jeans. Bukan kisah yang menginspirasi atau heroik
gitu sih. Ternyata tubuh saya semakin lama kok ya semakin menebal. Pakai celana
jeans sudah nggak nyaman. Apalagi dua diantaranya sudah masanya pensiun. Lalu jika ke toko sahabat saya, kok jatuh
cinta melulu sama gamis dagangannya. Tumpukan gamis pun mulai membanyak di
almari pakaian saya. Ditambah suami meminta saya memanjangkan jilbab,
lengkaplah sudah hijrah saya meski awalnya bukan karena sebuah hidayah.
Nah ... tubuh yang semakin
membesar begini memang membuat saya harus cerdas memilih bahan gamis. Saya orangnya
simpel aja sih, nggak ngikutin fashion yang up to date. Kalau bisa sih, punya
style fashion sendiri. Khawatir aja, kalau ikut-ikutan pakai fashion yang up to
date ternyata nggak cocok baik secara penampilan atau fungsional.
Buat saya, jika membeli gamis
yang paling saya utamakan adalah :
- Menutup aurat secara sempurna
- Bahan yang nyaman
- Model yang simple
- Jilbab yang mudah dipakai
- Harga terjangkau
Bahan gamis yang nyaman itu yang
seperti apa sih?
Yang pasti bahan gamis yang
paling nyaman itu yang menyerap keringat, tebal, namun tetap jatuh di badan
meski nggak plek di badan. Terus bagaimana cara milihnya kalau kita beli
online?
Kenali bahan kainnya dong. Jangan
sampai kita cuma melihat kecantikan gamis lantas membabi buta membeli tanpa
kontrol. Kalau saya sih biasanya membeli gamis yang menggunakan lima bahan kain
ini :
Balotelli
Gamis saya ini sebagian besar
menggunakan bahan balotelli. Balotelli serat kainnya rapat, tidak menerawang
namun ringan dan adem ketika dipakai. Balotelli memiliki tekstur garisgaris,
dan jika diraba agak kasar.
Katun
Kain katun adalah jenis kain yang
menggunakan serat kapas alami. Kain katun memiliki keunggulan mudah menyerap
keringat, dingin, tidak mudah kusut, warna juga tak mudah luntur, dan sangat
nyaman digunakan sehari-hari. Katun ini banyak banget jenisnya. Mulai katun
jepang, katun ima, katun rayon, katun bangkok, katun paris, katun toyobo, serta
jenius
gamis katun jepang |
gamis katun jenius |
Lycra
Bahan kain lycra masuk ke dalam
jenis bahan kain spandex. Bahan kain ini memiliki sifat ringan, nyaman, elastis
dan memiliki pori-pori yang sehingga sejuk jika digunakan. Bahan ini lebih kuat
dari bahan kain spandex lainnya. Kain Lycra juga memiliki kelebihan tahan
terhadap detergen, lotion dan keringat.
Roberto Cavalli
Gamis dengan bahan ini bukan
gamis yang khusus saya pakai untuk sehari-hari. Bahan Roberto Cavalli
sebenarnya masuk ke dalam jenis bahan kain satin atau velvet. Kelebihan Roberto
Cavalli ini lebih ringan dibanding kain velvet, namun seratnya tetap rapat
sehingga tidak menerawang. Kalau satin
tampilannya mengkilat, roberto cavalli justru lebih doff, namun tetap terlihat
elegan. Gamis dengan bahan roberto cavalli cocok untuk mengadiri pernikahan
atau acara-acara yang lebih glamour.
Wolly crepe
Gamis saya yang menggunakan kain
wolly crepe lebih sering saya pakai saat suasana dingin. Meski tidak panas di
kulit kain yang bertekstur seperti kulit jeruk ini terasa menghangatkan
sehingga jika dipakai di waktu musim kemarau tetap terasa panas. Kain ini ringan,
jika dipegang terasa lembut. Namun jangan salah, meski kelihatannya tebal, namun
kerapatan seratnya kurang, sehingga saya masih tetap memakai celana panjang
sebagai dalaman.
Untuk bahan jilbab atau khimar saya
lebih banyak menggunakan diamond crepe, wolfis atau jenis bubble pop. Saya
memilih tiga jenis bahan ini karena bahan yang tidak menerawang, agak tebal dan
tetap jatuh sehingga nyaman dilihat.
Silakan berburu gamis ya temans
...
Saya sampai saat ini belum terlalu suka pakai gamis. Tapi info ini sangat bermanfaat. Bisa saya gunakan sebagai referensi saat mulai tertarik menggunakan gamis nanti. Makasih infonya, mba Irfa.
BalasHapusSama Mba Irfa... aku jg sekarang suka pakai gamis dengan bahan-bahan itu, meskipun kalo baloteli sering bikin gerah sih, tapi malah punya bbrp karena harganya terjangkau. hehe
BalasHapusSemenjak saya pake gamis.. saya gak pernah tahu jenis2 kain itu apa aja yg bagus buat gamis bun... tpi skrg udah thu nih.. hehehe
BalasHapussaya masih belum hapal benar soal jenis kain, yang paling hapal cuma kain katun hihihi...makanya kalau lagi lihat-lihat di olshop perlu buka kamus untuk paham benar jenis kainnya :D
BalasHapusSama mbak sudah gak begitu nyaman pakai celana jeans lebih enak gamis dan yang tak menerawang, gamis itu enaknya badan melebar masih bisa dipakai, beberapa gamis dari bahan itu semua, aku punya Alhamdulillah, ada sebagian yang sudah dihibahkan kalau menyempit 😊
BalasHapuswah baru tahu nih mbak yg roberto cavalli ini
BalasHapusKeren infonya mba! Btw roberto cavalli sama maxmara hampir serupa kah kainnya?
BalasHapusAku sih suka yg katun Jepang mbak adem soalnya
BalasHapuskok agak-agak lupa ya sama jenis kain, udah setahun lebih ga berurusan sama dunia perkainan, hehe.
BalasHapuso iya, untuk beberapa jenis kain (saya lupa jenis apa saja), ada yang setelah dicuci atau disetrika ukurannya mengkeret atau malah longgar. Jadi perlu diperhatikan karakter jenis kain yang mau dibuat. Kan ga lucu bikin gamis tapi malah mengkeret 5 cm.
salam kenal dari jogja
Koleksi gamisnya mba Irfa kece-keceee. Aku masih blm konsisten. Kadang gamis, kadang jeans 😁😁
BalasHapus