Assalamualaikum temans
Tahun ajaran baru 2020/2021 baru saja dimulai. Kebijakan pemerintah memulai ajaran baru masih dengan pembelajaran jarak jauh. Setelah melewati semester kemarin dengan jungkir balik mengawali pembelajaran daring. Semester ini penyelenggara pendidikan sepertinya sudah lebih siap menghadapinya.
Di SD tempat saya biasa mengasuh anak-anak kelas menulis sudah lebih siap. Pihak sekolah memiliki tim untuk membuat video pembelajaran dan dikirim via grup WA walimurid. Video pembelajaran pun tak terlalu lama waktunya supaya anak tak cepat bosan. Selain video pembelajaran, ada penugasan yang dikirim bersamaan dengan video. Penugasan pun tak begitu banyak sehingga lebih meringankan tugas wali murid dalam mendampingi anak belajar.
Sejujurnya saya tak banyak mengalami hiruk pikuk pembelajaran jarak jauh. Hanya semester kemarin waktu awal adaptasi pembelajaran daring saja saya sempat ikut gedubrakan menyiapkan apapun kebutuhan anak-anak. Sekarang anak-anak sudah SMP dan SMA klas terakhir. Sudah auto pilot semua, apalagi pihak sekolah juga jauh lebih siap.
Di SMP anak saya menggunakan live facebook untuk hafalan Al Quran di pagi hari dari jam 06.30 - 07.00. Setelah itu anak dipersilakan untuk shalat Dhuha dan mulai membelajaran jam 07.30. Selain menggunakan facebook dan youtube, pembelajaran menggunakan zoom dan microsoft 365 sebagai pengganti tatap muka.
Biasanya ada penugasan setelah itu. Dalam satu hari ada 3 mata pelajaran. Namun untuk beberapa penugasan, apalagi yang terkait dengan pelajaran keislaman, kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab memang agak kesulitan karena menggunakan huruf hijaiyah. Laptop saya laptop tua, belum support dengan font hijaiyah hehehe ...
Sementara untuk SMA anak saya menggunakan google classroom, zoom, kulwap via WAG dan quizizz untuk ulangan. Biasanya yang menggunakan kulwap adalah guru-guru sepuh yang kurang akrab dengan teknologi informasi. Untuk tanya jawab bisa menggunakan voice note. Dan sejauh ini yang dikeluhkan anak-anak ya sinyal yang kadang nggak stabil.
Melihat teman-teman menjadi guru kreatif di dunia maya bagi putra putri mereka, saya bisa membayangkan bahwa orang tua, khususnya ibu harus benar benar siap menghadapi pembelajaran jarak jauh. Tak hanya menghadapi pembelajaran jarak jauh saja, namun segala aspek kehidupan di masa pandemi ini. Ada beberapa kecerdasan yang perlu dimiliki oleh orang tua dalam menghadapi pandemi ini. Bagaimanapun juga, orang tua adalah modelling untuk anak. Maka apapun yang dilakukan oleh orang tua akan cepat diserap oleh anak. Apa yang dikatakan oleh orang tua, sikap orang tua, bagaimana orang tua mengatasi masalah merupakan pembelajaran bagi anak saat di rumah.
Ada 6 kecerdasan pokok yang harus dimiliki oleh orang tua dalam proses pembelajaran anak.
1. Kecerdasan teknologikal. Menjadi orang tua saat ini harus melek teknologi karena sudah merupakan kebutuhan yang tak bisa ditawar lagi. Segala lini kehidupan di masa pandemi ini pasti menggunakan teknologi informasi, khususnya pembelajaran. Bagaimana jadinya jika orang tua tak memiliki kecerdasan teknologikal, sementara anak masih butuh bantuan dan pendampingan saat menggunakan gawai?
2. Kecerdasan kontekstual. Orang tua harus mampu mengedukasi, bisa memahamkan, serta memanfaatkan secara efektif semua kemungkinan yang akan terjadi pada situasi dan kondisi dimanapun anak berada. Misalnya bagaimana anak-anak jika harus kembali bersekolah di masa transisi. Anak dipahamkan untuk mematuhi protokol kesehatan, memperhatikan kembali bagaimana guru menjelaskan materi dan semua yang berkaitan dengan new normal serta apa yg akan dihadapi ke depan.
3. Kecerdasan sosial dan emosional. Kecerdasan ini merupakan kemampuan dalam mengelola hubungan dengan orang lain dan mengelola emosi pribadi. Perlunya anak diberikan pemahaman di saat-saat mendatang jika kembali bersekolah anak diajarkan bagaimana jika berinteraksi dengan teman, guru dan lingkungan.
4. Kecerdasan generatif. Kecerdasan ini merupakan kemampuan dalam membaca dan menangkap kesempatan atau peluang. Di masa pandemi ini tentunya anak-anak sudah jenuh dengan situasi yang tak menentu. Sering kali anak-anak pengen berkreasi, membuat sesuatu ataupun melakukan hal-hal yang merupakan passion mereka. Orang tua harus memfasilitasi apa yang ingin dilakukan oleh anak, dan tak berhenti seandainya sekolah dengan tatap muka dilakukan. Pembiasaan baik tetap harus berjalan. Ajak anak untuk selalu meningkatkan kemampuan yang dimiliki sehingga anak semakin mahir melakukan apa yang mereka sukai.
5. Kecerdasan eksploratif transformational. Kecerdasan ini merupakan kemampuan mengeksplorasi kesempatan dan berani melakukan perubahan perubahan. Orang tua perlu mengajari anak untuk menerima perubahan yang terjadi secara cepat di masa pandemi ini. Tak hanya pembelajaran, namun juga interaksi yang dilakukan baik saat daring maupun nanti jika kembali luring. Hal ini menjadikan orang tua perlu memberikan contoh bagaimana menjadi pribadi yang mudah beradaptasi.
6. Kecerdasan Moral. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk bekerja menggunakan nilai-nilai universal dalam kehidupan. Tolak ukur dari kecerdasan ini adalah ketika orang tua mampu melatih anak memiliki sosial dan emosional yang baik maka kecerdasan moral pun akan terbentuk dengan baik pula. Apa yang dipikirkan ataupun dirasakan anak akan muncul dalam perilaku-perilaku yang sesuai. Jika orang tua mampu beradaptasi dengan baik untuk dirinya sendiri, menyesuaikan diri dengan positif, meregulasi emosi dan membiasakan pola dengan baik, maka dengan mudah akan mengedukasi anak. Anak itu biasanya mengcopas kebiasaan orang tuanya.
Pembelajaran di masa pandemi ini tidak hanya berkutat dengan pembelajaran akademik. Namun orang lain akan memberikan respek yang lebih saat anak pun memiliki kemampuan non akademik yang tergali dan tereksplorasi dengan bagus. Saat orang tua tak membatasi pembelajaran anak hanya pada buku semata, maka anak akan mendapatkan hal-hal baru dan menyenangkan yang akan memberikan mereka bekal di suatu hari nanti.
Intinya jadi ibu harus punya kecerdasan ganda ya mb untuk mendampingi anak belajar
BalasHapusAku jadi ingat suatu momen saat grup WA kelasku ada kegaduhan. Ada salah satu walimurid yang, maaf, berkomentar menyakitkan bagi wali murid yang lain. Sampai akhirnya grup saya kunci dan hanya dmin yang bisa kirim pesan. Ah, benar rupa-rupa deh sekolah daring ini.
BalasHapus