Assalamualaikum temans,
Dulu, saat Kakak berusia tiga tahun kami pernah menitipkan anak di sebuah sekolah sekaligus penitipan anak. Bayangan saya waktu itu sangat bagus baginya mengenal teman-teman yang berbeda-beda baik dari ras, suku dan agama. Namun sayangnya waktu itu pengajar mengajarkan doa-doa tak menurut kepercayaan masing-masing. sehingga si Kakak hafal doa agama lain dan menerapkannya di rumah.
Karena saya tak sepakat dengan pengajaran tersebut akhirnya saya pun memindahkannya di sebuah sekolah yang berbasis agama. Usia tiga tahun masuk dalam usia golden age. Apapun bakal diserap olehnya.
Hal-hal yang terkait dengan perbedaan saya mengajarkannya di rumah. Saya membeli beberapa buku bergambar yang saya pilih sebagai alat pembelajaran. Selain itu dalam pertemanan saya memiliki sahabat yang berbeda ras, suku dan agama. Saya sering mengajak anak-anak mengunjungi sahabat saya sehingga dari kecil anak-anak pun terbiasa bagaimana mereka bertoleransi tanpa harus mencampuradukkan perbedaan.
Mengunjungi Yogyakarta Independent School.
Hari Kamis lalu saya datang ke sebuah sekolah internasional di Yogyakarta. Setiap kali datang ke sekolah ini rasanya adem. Begitu masuk ke dalam gerbang utama sebuah danau buatan menjadi pemandangan saya. Tak ketinggalan pepohonan yang rimbun tertata rapi di areal sekolah tersebut. Kalau kata saya sih, sekolah rasa resort. Udah berasa refreshing tiap kali datang ke sekolah ini.
Masuk ke area halaman joglo yang biasanya digunakan untuk berbagai kegiatan bendera dari berbagai negara berbaris rapi. Mungkin lebih dari lima belas bendera negara yang berbeda berkibar di sana. Sepertinya ini menunjukkan bahwa siswa sekolah internasional ini berasal dari negara-negara tersebut. Bendera Indonesia terlihat menonjol. Ia terkibar dalam tiang yang tertinggi. Saya rasa ini sebuah attitude yang bagus. Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Saya rasa setiap kali berbicara tentang sekolah IB di Yogyakarta, masyarakat pun sudah tahu sekolah yang dimaksud. Di mana lagi ada sekolah yang memiliki area begitu luas dan bisa memandang Gunung Merapi di kejauhan saat cuaca cerah kalau bukan Yogyakarta Independent School.
Di sekolah ini saya melihat langsung pembelajaran Primmary Years Programme terutama untuk grade 3-6. Kebayang nggak sih teman-teman bagaimana Yogyakarta Independent School (YIS) memberikan pemahaman tentang sains bagi anak-anak?
Awalnya saya kira ada praktikum di lab atau apa gitu. Kira-kira apa ya yang dilakukan pendidik di sana untuk mengenalkan sains pada anak-anak?
Sains dalam keragaman budaya di Yogyakarta Independent School
Meski sudah melakukan pertemuan tatap muka 100% YIS tetap menerapkan protokol kesehatan. Pemakaian masker tetap digunakan oleh pengajar dan anak-anak. Fasilitas cuci tangan dengan sabun pun ada di sana. Tak kurang-kurangnya pengajar mengingatkan pada anak-anak untuk mencuci tangan. Sama sekali masker tak dilepas kecuali pada saat anak-anak makan, minum atau kegiatan luar ruang. Itu pun jika benar-benar memerlukan banyak udara yang dihirup lari-larian atau bermain bola.
Hari Kamis, 15 September 2022 anak-anak kelas 3-6 Yogyakarta Independent School belajar tentang sains. Mengenalkan anak-anak tentang sensorik pada tubuh manusia. Mereka belajar tentang indra penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan (sentuhan) serta indra perasa. Bagaimana sekolah yang menerapkan kurikulum International Baccalaureate ini mengenalkan kelima indra itu dipadukan dengan pembelajaran sains untuk anak-anak klas 3-4 dan multikulturalisme (keanekaragaman budaya) untuk anak-anak klas 5-6?
Cooking demo. Tadinya saya belum ‘ngeh’ bagaimana sains dihubungkan dengan memasak. Namanya saya produk generasi X dalam pikiran saya sains ya laboratorium beserta gelas-gelas ukurnya. Namun saat ngobrol dengan pihak sekolah mengenai pembelajaran menghargai keberagaman itu saya baru paham bahwa pembelajaran di YIS ini memang disesuaikan dengan kondisi anak-anak yang berasal dari berbagai kebudayaan di dunia.
Saya jadi ikutan excited. Ibu Lata Duseja, wali murid dari Prisha salah satu siswa di Yogyakarta Independent School ini menjadi narasumber tentang keberagaman budaya yang tertuang dalam makanan India. Menurut Ibu Lata Duseja orang-orang India kebanyakan suka dengan sayur-sayuran karena ada larangan makan daging sapi. makanya di India banyak sekali makanan yang berbahan baku sayuran. Seperti hari Kamis lalu. Ibu Lata Duseja mengajak anak-anak dan para pendidik untuk memasak Poori Bhaji.
Poori Bhaji merupakan kuliner India yang biasanya disajikan untuk sarapan. Roti goreng yang disajikan dengan kentang yang dimasak dengan sayur lainnya. Kentang dan sayur lain yang dimasak dengan rempah-rempah khas India benar-benar menggoda indra penciuman kami yang berada di area sekolah.
Anak-anak begitu excited mengikuti tahap demi tahap Ibu Lata Duseja mengajak mereka memasak. Setelah mengolah kentang dan sayuran anak-anak diajak untuk menggiling bahan roti sampai tipis dan bulat.
Tak hanya anak-anak. Para pengajar pun mencoba menggiling roti hingga tipis. Pembelajaran yang begitu menyenangkan. Bahkan anak-anak yang tak mau pun tak dipaksa untuk mencoba melakukan yang tak ingin mereka lakukan.
“I’m so hungry.”
Teriak beberapa anak membaui masakan yang belum selesai untuk disajikan. Beberapa anak berusaha mendekat ingin melihat lebih dekat lagi. Saat masakan semua telah selesai. Anak-anak pun bergiliran mengambil roti dengan tertib dan makan bersama.
Saya pun ikut mencicipi Poori Bhaji. Rasanya seperti kare, namun ada beberapa rempah yang saya nggak familiar rasanya. Saya pribadi suka dengan roti goreng yang hampir mirip dengan rasa tortilla. Enggak yang crunchy, tapi tetap garing dan tak menyerap minyak.
Beberapa anak makan Poori Bhaji ini sampai tambah tiga kali. Bahkan ada yang makan roti gorengnya sampai 5 buah. Menyenangkan sekali anak-anak ini.
Sekilas Yogyakarta Independent School
Saya selalu terkesan setiap kali mengikuti kegiatan di sekolah internasional ini. Di tahun 2020 saya begitu terkesan dengan sopan santun anak-anak di sekolah ini. Kemarin saya melihat bagaimana seorang pengajar menjadi seorang teman bagi siswa di Primary Years Programme. Saat seorang siswa ingin bicara dengan pendidik, beliau pun berjongkok, supaya sejajar dengan anak didik. Berbicara dengan pelan dan banyak tersenyum.
Apa yang saya lihat itu sesuai dengan kurikulum yang dipakai oleh Yogyakarta Independent School. Sekolah serasa bermain ini menggunakan Kurikulum International Baccalaureate yang berasal dari Swiss. Kurikulum ini ditujukan untuk anak dengan usia 3-18 tahun. Kurikulum ini diterapkan untuk pre-school sampai high school. Program IB yang ditawarkan oleh YIS adalah:
- IB Primary Years Programme (PYP) untuk usia 3-12 tahun (setara TK dan SD)
- IB Middle Years Programme (MYP) untuk usia 11-14 tahun (setara SMP)
- IB Diploma Programme (DP) untuk usia 15-18 tahun (setara SMA)
Kelebihan dari kurikulum ini adalah mengeksplorasi kemampuan anak di berbagai bidang. Kurikulum ini mendorong siswanya untuk berwawasan global, kreatif, mengembangkan kemampuan emosi, intelektual dan sosial. Mereka juga diharapkan berkontribusi positif terhadap lingkungan dan budayanya. Diharapkan anak-anak makin berkembang minat dan bakatnya saat berada di YIS.
Ada empat alasan lain mengapa orang tua yang berada di Yogya perlu mempertimbangkan YIS sebagai sekolah untuk pembelajaran anak-anak di luar kurikulum International Baccalaureate yang dipakai oleh sekolah-sekolah di dunia.
- Ada 6,5 Hektar area sekolah yang bisa dijadikan laboratorium alam bagi anak-anak. Luasnya tempat menjadikan anak merdeka dalam bereksplorasi.
- Lingkungan belajar yang menarik dan aman tentunya akan mempermudah siswa dalam pembelajaran. Selain itu orang tua pun tak lagi khawatir jika anak-anak melakukan atau mendapatkan sesuatu yang buruk di sekolah
- Biaya sekolah yang terjangkau. Untuk fasilitas-fasilitas sekolah yang disediakan dan seluruh pembelajarannya saya rasa masih masuk akal dibandingkan dengan sekolah-sekolah internasional lain.
- Masuk ke universitas-universitas dunia. Hal ini dikarenakan kurikulum yang dipakai sesuai dengan pembelajaran sekolah-sekolah terbaik di dunia sehingga alumni Yogyakarta Independent School lebih mudah mendapatkan kesempatan itu.
Sekolah ini emang reccomended banget. Buat teman-teman yang menginginkan putra putri bersekolah di sekolah internasional langsung aja ke kampusnya untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
YOGYAKARTA INDEPENDENT SCHOOL (YIS)
Jl. Tegal Mlati No. 1, Jombor Lor, Sinduadi, Mlati, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, 55284, Indonesia
Telp: (0274) 5305147 | WhatsApp: +628112632442
Wahhh dulu mah generasi 90 an juga taunya kalau mau praktek sains ya nge lab pake labu kaca bla bla hehe. Kalau konsepnya gini ya jelas aja sangat menarik dan ngga bikin bosen. Anak-anak bakal lebih cinta belajar, dan mengenal keragaman budaya multikultural. Boleh spill biaya ngga mba? penisirinnnn
BalasHapuswow seru banget kegiatannya mba.. berasa udah dapat pengetahuan baru juga aktifitas. kayaknya bisa jadi pilihan buat orang yang pengen dapat skill tambahan dengan menjadi siswa di Yogyakarta Independent School ini ya.
BalasHapusSekolah kelas internasional memang bagus buat anak, YIS bisa jadi opsi nih.
BalasHapuskeren banget sekolahnya, menggunakan kurikulum internasional dan beneran dekat pula dengan alam di mana anak bisa belajar dengan lebih leluasa dan menyenangkan
BalasHapusSeharusnya ada batasan mengajarkan keragaman agama kepada anak-anak ya, Mbak. Termasuk tidka mengajarkan doa agama lain kepada anak beragama lain. Malah lebih ditekankan, bagaimana belajar toleransi sesama agama dan suku.
BalasHapusDan itulah yang terjadi di setiap sekolah internasional. Karena berbeda suku dan bangsa, justru lebih saling menghargai dan menghormati.
Kurikulumnya oke, bahkan meski pandemi mulai mereda peokesnya masih tetap berlanjut dilaksanakan. Ini sih keren, jadinya proses KBM tetap berjalan dengan nyaman
BalasHapusAnak-anak mah mudah menyerap segala informasinya. Resikonya besar banget kalau nggak segera di kasih tindakan. Kayak misalnya kasih pendampingan begitu selesai. Itu pun tetap akan menyisakan tanya. Memang benar kudu dipindah. YIS emang top banget dah
BalasHapusKeren banget ya, nggak nyangka Yogjakarta punya sekolah internasional seperti ini. Biasanya kan cuma di kota-kota besar kayak di Jakarta. Dan rentang sekolahnya pun lumayan banget bisa sampai SMA apalagi berpeluang diterima di universitas internasional juga.
BalasHapusSeru sekali acara Cooking Demo di YOGYAKARTA Independent School ini
BalasHapusNggak hanya mengajarkan keterampilan memasak saja, tetapi juga mengajarkan nilai keberagaman
Sukakk sekolah kek gini, Alhamdulillah anak2 juga sekolahnya model kek gini banyak kegiatan banyak praktek gak fokus akademik. Membuat anak2 nyaman meski kurikulum berat ga berasa krn happy gada PR pula (gusti yeni)
BalasHapusWah, ternyata di Jogja ada sekolah Internasional yang seru gini kegiatannya, ya. Penting banget nih mengajarkan keragaman budaya buat anak sejak dini...
BalasHapusseru banget nih kegiatan cooking demo di sekolah ini. bikin anak-anak mengenal keberagaman. Jadi gak bosen sekolahnya..
BalasHapusAndaikan sekolah umum bisa melaksanakan model pembelajaran sejenis, pastinya banyak pengalaman baru yg bisa membuka pengetahuan anak. Model pembelajaran interaktif berbasis praktik seperti ini harus sering dilakukan agar anak tidak sekedar menghapal tapi mengerti dan memahami prosesnya.
BalasHapusBayanganku juga gituu... Praktek sains itu masuk ke lab terus pake jas laboratorium hahaha.. Tapi emang lebih masuk kalo pengajaran sains diterapkan dalam kehidupan sehari hari yaa
BalasHapusSaya jadi ngebayangin kalau misalnya punya kesempatan buat sekolah lagi, terus sekolahnya di YIS ini, jadi berasa keliling dunia yaaa, sampai bisa belajar budaya dunia seperti nyobain masak masakan india.
BalasHapus