Saat novel saya yang kedua terbit, beberapa orang di sekitar saya menyadari bahwa menulis sudah menjadi bagian dari kehidupan saya. Tak hanya sekadar hobi, tapi juga menjadi bagian dari sebuah pekerjaan. Saya yang awalnya sebatas mengurus rumah tangga, setelah itu saya mulai memiliki banyak mimpi. Agresif dalam bermain media sosial untuk promosi dan personal branding.
Seorang teman yang saya anggap cukup dekat. Anggap saja namanya Tia. Sebenarnya ya sudah kenal banget seperti apa wataknya. Ia bertemu tentang teman yang lain. Teman yang lain itu menyatakan kekagumannya tentang apa yang saya kerjakan. Sebuah pekerjaan atau kegiatan yang nggak populer di sekitar saya. Akan tetapi saya tetap konsisten mengembangkan kemampuan saya yang masih belum seberapa.
“Dia bilang kamu hebat banget bisa nulis buku. Nggak nyangka dulu kamu orangnya nggak romantis blas bisa nulis novel.”
“Kamu jawab apa, Ya?” tanya saya, sembari menebak apa yang bakal keluar dari bibirnya.
“Lha dia kan memang suka mengkhayal dari dulu. Wajar bisa nulis novel. Lha wong novel kan isinya khayalan tok. Semua orang yang suka ngayal kan bisa nulis novel. Ya toh?”
Saya tersenyum aja. Sudah tertebak bahwa yang dia katakan tentang saya bukan support positif. Sering juga kok ia mematahkan semangat saat saya ingin melakukan sesuatu. Akan tetapi setelah saya menyadari bahwa yang ia katakan karena keterbatasannya tak bisa mendapatkan seperti apa yang saya lakukan. Saya cukup tersenyum dan tak mengambil hati dengan apa yang ia katakan.
Tanda-tanda Crab Mentality
Pernah melihat kepiting dijadiin satu dalam satu ember?
Kepiting-kepiting itu rata-rata berusaha untuk melarikan diri dari ember yang mewadahi. Dan mereka bakal menarik kepiting lain yang berada di atasnya atau sudah berhasil melarikan diri sehingga kembali berjuang dari awal untuk keluar dari ember tersebut.
Crab mentality ini merupakan analogi dari perilaku iri hari seseorang terhadap keberhasilan orang lain. Ada kecenderungan bahwa orang yang memiliki crab mentality akan menjatuhkan orang-orang yang ada di sekitarnya yang dianggap lebih baik atau memiliki kemungkinan bisa melebihi dirinya. Jika ia tak bisa memiliki hal itu, maka orang lain pun harus berada dalam kondisi yang sama dengannya. Ia tak ingin orang lain maju supaya tak gagal sendirian.
Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang kecenderungan memiliki Crab Mentality.
1. Memiliki pola pikir orang lain tak boleh lebih baik darinya
Dalam hati kecil mereka mengakui orang lain lebih baik darinya. Akan tetapi ego dalam dirinya yang cukup besar benci untuk mengakui bahwa orang yang dianggap dibawahnya bisa melebihi dirinya. hanya dia satu-satunya orang yang paling baik di sekitar dirinya dan tak mau orang lain memiliki pencapaian minimal sama dengannya.
2. Suka mengkritik dan menyalahkan orang lain.
Biasanya orang yang hanya mengkritik dan menyalahkan, tak memberikan solusi jika ada keadaan yang kurang menyenangkan karena dirinya lebih dulu mendapatkan perlakuan seperti itu oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Setiap pencapaian atau keberhasilannya tak diapresiasi. Sering diremehkan untuk usaha yang dilakukan sehingga hal itu menjadi luka batin yang sulit disembuhkan. Hal itu menjadikan anggapan dalam dirinya bahwa kritik dan menyalahkan adalah salah satu cara memberikan perhatian pada orang lain.
3. Memiliki prasangka buruk atas prestasi orang lain, sukses itu hanya keberuntungan semata
Seseorang yang memiliki Crab Mentality sering kali beranggapan bahwa prestasi atau keberhasilan seseorang karena privilege yang dipunyai atau sekadar keberuntungan semata. Sesuatu yang lebih baik dari orang lain tak memberikan manfaat untuknya. Jika tak memiliki manfaat artinya keberuntungan orang lain merugikan dirinya secara emosional.
4. Iri dengan keberhasilan orang lain.
Karena ia tak bisa mencapai keberhasilan itu emosi negatif yang ada dalam diri membuatnya tak mampu mengakui keberadaan orang lain saat memiliki pencapaian yang tinggi. Ia memilki pengharapan bahwa orang lain tak boleh memiliki hal itu. Biasanya orang ini memiliki pemikiran ‘Pokoknya kalau aku nggak punya, kamu minimal juga harus memiliki kondisi yang sama denganku. Akan lebih bagus kalau kamu lebih susah dari aku.’
5. Memiliki daya saing yang tinggi hanya saja memberikan energi negatif padanya
Orang-orang yang memiliki Crab Mentality sebenarnya memiliki daya saing yang tinggi. Tentunya hal ini akan bagus sekali jika seseorang yang kompetitif menjadikan hal ini sebagai pelecut semangat untuk berjuang supaya bisa berada di posisi yang sama. Akan tetapi bagi seseorang yang memiliki daya saing yang terlalu tinggi kemenangan yang paling penting. Sering kali orang-orang yang seperti ini akan berusaha mencapai kemenangan dengan segala cara bahkan dengan cara-cara yang negatif sekalipun. Termasuk dengan menjatuhkan orang lain.
Pengalaman saya menghadapi teman yang memiliki Crab Mentality seperti Tia menjadikan saya belajar banyak hal. Bagaimana saya masih bisa berteman dengan Tia meski saya memiliki pengalaman kurang menyenangkan dengannya?
a. Fokus dalam pengembangan diri
Tak perlu mengambil hati saat ia mulai membandingkan. Sesungguhnya pesan atau stimulus itu netral. Manusialah yang memberi makna positif atau negatif dari setiap stimulus yang datang pada otak kita.
b. Menjadi teman yang supportif baginya
Saya memilih untuk tetap berteman. Saat ia berada di kondisi yang kurang bagus saya akan support dia sebisa saya, namun tak memaksakan diri selalu ada untuknya. Saya tetap memiliki batasan-batasan tertentu supaya rasa cemburu yang ada di dirinya tak makin membesar.
c. Mengajak untuk berpikir positif.
Crab mentality terkait dengan bias kognitifnya. Ia memandang banyak hal dari sisi negatifnya. Sesering mungkin mengajaknya untuk berpikir positif dengan kebersyukuran bahwa hidupnya diberikan banyak kebaikan oleh Tuhan. Mengajaknya reframing ketika mendapatkan hal-hal yang tak menyenangkan.
d. Tetap berusaha mencapai keberhasilan.
Tak ada yang bisa menghentikan kita untuk selalu bertumbuh dan berkembang. Setiap manusia telah diberikan akal oleh Tuhan untuk berpikir. Masa telah diberikan anugerah yang luar biasa seperti itu tak kita gunakan sebaik-baiknya? Seandainya menemui kegagalan ya introspeksi diri. Membangun semangat kembali dan memberikan apresiasi sekecil apapun pada upaya kita.
Jangan lupa selalu bersyukur dengan apapun yang telah Tuhan berikan pada kita. Dia selalu memberikan yang terbaik dengan versi-Nya. Semoga tulisan saya ini bermanfaat ya?
*sumber :
https://www.cxomedia.id/wellnes/20221018152623-18-176628/get-to-know-crab-mentality
Curiga nih banyak orang di medsos nih kena crab mentality ini, bawaannya sirik dengki kalau lihat kelebihan orang lain, jadi berusaha cari celah kelemahannya.. termasuk kalau ada orang sukses pasti komentarnya dia memang ada privilege
BalasHapus