Sudah jamak terjadi ketika bulan Ramadhan setiap muslim dan muslimah di muka bumi ini berlomba-lomba dalam mengejar pahala. Setiap kebaikan yang dilakukan bulan Ramadhan bernilai pahala yang besar. Jangankan yang wajib, yang sunnah pun semakin banyak dilakukan.
Yang paling umum adalah Shalat Tarawih. Sejatinya Shalat Tarawih yang dilakukan saat Ramadhan itu qiyamul lail, shalat malam yang sering dilakukan Rasulullah setiap harinya di 1/3 malam. Shalat yang biasa kita sebut sebagai shalat Tahajud.
Dalam sirah disebutkan malam menjelang bulan Ramadhan dimulai Rasulullah bangkit lagi setelah melakukan shalat Isya’. Para sahabat yang sudah meninggalkan masjid pun buru-buru kembali ke masjid ketika mendengar Rasulullah melakukan takbiratul ihram.
Rasulullah pun tak setiap saat melakukan jamaah tarawih di masjid. Kadang kala Rasulullah selepas Isya kembali ke rumah dan melakukan shalat malam seperti biasanya di rumah. Hal-hal tersebut secara tak langsung menjelaskan bahwa shalat Tarawih memang lebih afdol untuk dilakukan berjamaah. Namun Rasulullah tak melarang kaum muslim melakukan shalat malam sendirian apalagi yang sudah terbiasa melakukan di sepertiga malam terakhir.
Rasulullah juga mencontohkan untuk memperbanyak bacaan Al Quran saat Ramadhan. Dalam hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah mengkhatamkan minimal satu kali dalam satu periode Ramadhan. Kalau istilah zaman sekarang one day one juz.
Berat?
Tentu saja. Setidaknya dalam sehari kita membaca 150 sampai 200 ayat untuk mengkhatamkan 1 juz. Akan terasa berat apalagi di juz-juz awal yang masya Allah panjang ayatnya. Akan tetapi jika hal itu dilakukan saat Ramadhan tentu saja semangatnya bakal beda.
Sedihnya, sering kali di akhir Ramadhan apalagi kita yang tinggal di Indonesia bakal sibuk oleh persiapan hari raya. Semestinya 10 hari terakhir kita bakal lebih banyak lagi melakukan ibadah-ibadah yang makin mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Lalu bagaimana ketika Ramadhan telah berlalu? Apakah kita masih bisa menjaga semangat ibadah itu? Adakah tips untuk menjaga semangat ibadah yang sudah mulai mengendor?
Yang saya tuliskan ini merupakan rangkuman dari berbagai kajian dengan yang saya ikuti. Beberapa hal untuk tetap konsisten menjalankan ibadah setelah bulan Ramadhan:
Puasa Syawal
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Dari hadits yang diriwayatkan oleh HR. Muslim dan didukung oleh hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan beberapa hadits lainnya pahala yang kita dapatkan akan makin berlipat ketika kita berpuasa enam hari di bulan Syawal. Ada ulama yang menyatakan bahwa afdhalnya puasa Syawal dilakukan enam hari berturut-turut setelah shalat Idul Fitri. Artinya Syawal hari kedua sampai hari ke tujuh menjadi waktu yang paling utama kaum muslim menjalankan puasa Syawal. Namun sebagian besar ulama menyatakan tidak ada larangan puasa Syawal dikerjakan secara acak. Yang terpenting adalah dilakukan selama bulan Syawal.
Apakah boleh puasa Syawal dilakukan sebelum mengganti puasa Ramadhan karena adanya udzur? Ada dua pendapat tentang hal ini. Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang yang ingin berpuasa Syawal harus mengganti dulu puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena udzur. Hal ini dikarenakan Puasa Ramadhan adalah puasa wajib, sementara puasa Syawal meskipun pahalanya sedemikian besar tetap saja merupakan puasa sunnah. Dalam Islam ketetapan hukum sudah jelas bahwa kewajiban selalu didahulukan dibanding dengan sunnah yang hukumnya dibawah wajib.
Akan tetapi ada pendapat lain yang memperbolehkan untuk melakukan Puasa Syawal terlebih dahulu dibandingkan mengganti puasa Ramadhan. Aisyah istri Rasulullah pernah mengganti puasa Ramadhan di bulan Sya’ban seperti yang diriwayatkan oleh HR Bukhari Muslim.
“Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban karena kesibukan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Hal ini tentunya membuat para perempuan berlega hati. Waktu haid yang panjang serta maju mundurnya periode haid yang tak bisa terprediksi membuat para wanita biasanya memilih untuk puasa Syawal terlebih dahulu. Akan tetapi seyogyanya segeralah untuk menuntaskan hutang puasa tanpa perlu menunda jika tak ada udzur. Jangan sampai hutang puasa belum terbayar sampai Ramadhan datang kembali. Ada 354 hari kesempatan untuk membayar hutang puasa. Jika selama itu belum terbayar tanpa adanya udzur hal itu sudah termasuk abai terhadap kewajiban-kewajibannya.
setelah selesai melakukan Puasa Syawal dan mengganti puasa. kita bisa meneruskan dengan puasa-puasa sunnah lain, misal ayamul bidh, puasa rutin hari Senin dan Kamis, serta Puasa yang dilakukan oleh Nabi Daud AS. Sehari puasa sehari tidak.
Shalat Tahajud
Satu kebaikan akan membawa kita menuju kebaikan yang lain. Jika kita hendak melakukan puasa Sunnah, dianjurkan bagi kaum muslim untuk melakukan sahur terlebih dahulu. Biasanya menunggu waktu-waktu sahur lebih afdhol lagi jika kita gunakan sedikit waktu untuk melakukan shalat tahajud. Apalagi jika kita memiliki hajat. Shalat Tahajud menjadi waktu terbaik bagi manusia untuk memohon pada Allah karena disaat itu tak semua kaum muslim terjaga dari tidur dan bermunajat kepada-Nya.
Shalat Tahajud ditutup dengan Shalat Witir. Jumlah shalat witir merupakan jumlah shalat yang ganjil. Jika waktu terlalu mepet pun diperbolehkan sekadar Shalat Witir saja. Allah sudah mencatat semua niat baik manusia.
jika Shalat Tahajud masih sedemikian berat, kita bisa memulai dari shalat yang tak memerlukan waktu khusus seperti shalat Tahajud ataupun shalat Dhuha. kita bisa mencoba untuk shalat sunnah Qobliyah dan Bakdiyah, yaitu shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardhu.
Membaca Al Quran.
Jumlah dalam ayat Al Quran diyakini tak sampai 6300 ayat. Ada tujuh pendapat yang menyatakan bahwa ayat dalam Al Quran dalam kisaran 6214 – 6232. Taruhlah kita membuat target hendak mengkhatamkan Al Quran dalam enam bulan. Maka dalam sehari kita harus membaca 34-35 ayat. Rasanya tidak memakan waktu lama kan jika 34-35 ayat itu kita baca dalam waktu 15-20 menit?
Mulailah untuk melakukan ibadah dari apa yang paling ringan menurut kita. Jika kita mudah melaksanakan. Insya Allah dengan senang hati kita akan rutin melaksanakan. Setiap manusia punya amalan-amalan sendiri dalam menjalankan ibadahnya.
Ibadah terbaik adalah ibadah yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Tak perlu menunggu kita harus jadi orang shalih dulu untuk memulai berbagai ibadah sebagai bekal kita nanti di akhirat. Terpenting bagi setiap manusia adalah bagaimana kita berikhtiar menabung pahala sebanyak banyaknya.
Jadi, kalian lebih mudah melakukan yang mana?
Tidak ada komentar:
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih